Nagari Kinari

Minangkabau.comupacara balimau di kinari solok


Balimau adalah salah satu tradisi masyarakat Minangkabau. Mungkin tradisi ini merupakan percampuran (sincretism) antara Islam dengan kepercayaan-kepercayaan lokal atau unsur-unsur agama yang sudah ada di Sumatera sebelum Islam tersebar di tanah Andalas ini. Yang jelas, upacara balimau menjelang masuknya bulan Puasa tetap dipraktekkan oleh masyarakat Minangkabau hingga sekarang.
Tapi orang sekarang cenderung mengasosiasikan upacara balimau dengan mandi bersama di sungai. Padahal dulu ada beberapa variasi upacara balimau itu. Salah satunya adalah yang menjadi tradisi orang Kinari di masa lalu, sebagaimana direkam dalam kodak klasik yang dibuat sekitar tahun 1929 ini.
Disebutkan bahwa sampai masa itu, di Kinari tiap-tiap tahun, pada sore hari terakhir sebelum masuk bulan Ramadan, mulai sekitar pukul 4 sore, diadakan perarakan balimau. Upacara ini diadakan oleh keluarga-keluarga yang anggota familinya meninggal dalam 3 tahun terakhir. Dalam perarakan itu dibawa juga bermacam-macam juadah dan kue-kue. Tujuannya untuk menghormati arwah si mati. Oleh karena itu, lama sebelumnya, tradisi itu dilengkapi dengan menyerakkan bunga-bungaan dan harum-haruman di makam anggota keluarga yang sudah meninggal.
Seperti tampak pada foto ini, limau ditaruh dalam sebuah beberapa buah dulang yang diberi hiasan cantik yang dibuat dari pucuk pohon kelapa. Pada tiap-tiap dulang ditaruh dua buah gelas: yang satu berisi limau(campuran jeruk dan bahan-bahan lainnya), dan yang lain berisi minyak yang sudah dicampur dengan harum-haruman dari bunga-bungaan. Dalam dulang-dulang yang lain ada kue-kue dan juadah. Lalu dulang-dulang itu diarak oleh kaum perempuan ke satu tempat pemujaan yang disebut pamedanan yang letaknya dekat dengan sungai dan mesjid di Kinari. Pamedanan itu diberi dekorasi dengan daun-daunan. Semua orang kampung harus ikut ke sana.’Barang siapa tiada pernah kelihatan di tempat ini, dipandang orang soeatoe kehinaan padanja.’
Sementara itu, di pamedanan itu telah berkumpul ‘orang nan empat djenis (pengholoe, malin, manti, doebalang) serta orang banjak dengan mengadakan keramaian permainan pentjak, indang dan randai, menanti kedatangan limau itoe.
Kelanjutan dari acara itu: dulang-dulang itu diserahkan kepada para penghulu dan orang patut-patut di yang memimpin upacara di pamedanan itu. Penyerahan itu dipimpin oleh seorang janang. Kemudian gelas berisi limau itu diedarkan dari satu ke lain tangan, sementara kue-kue dan jaudah dibagi-bagikan kepada anak-anak. Ketika gelas itu diedarkan, setiap orang yang menerima, khusunya para penghulu dan orang patut-patut, wajib memasukkan uang 2 atau tiga sen ke dalamnya, dan menaruh sirih seikat dua ikat di atas dulangnya. Ini semacam tanda bersedekah kepada orang yang sudah membawa limau itu. Setelah diedarkan, dulang dan segala yang ada di atasnya diserahkan kembali kepada perempuan-perempuan itu. Selepas itu, orang pun melanjutkan dengan bebas: ada yang mandi, ada yang pergi ke kuburan sanak familinya.
Demikianlah sedikit cerita ringkas tentang variasi tradisi balimau di Kinari,Solok. Saya tidak tahu apakah tradisi itu masih dipraktekkan oleh masyarakat Kinari sampai sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system